Inilah foto Seven Sangkuriang Robotic di Gwangju, Korea Selatan saat bertanding di "14th International Robot Olympiad 2012 South Korea" pada Desember 2012 lalu.
PRESTASI internasional kembali diukir oleh
pelajar Indonesia. Kali ini tim Sangkuriang Robotic SMP Negeri 7 Bandung
berhasil meraih tujuh medali di ajang International Robotic Olympiad
Ke-14 pada Desember 2012 lalu yang digelar di kota Gwang Ju Korea
Selatan. Cuaca dingin di Korea Selatan sempat mengkhawatirkan para
anggota tim. Namun Robo Shove dan Prison Break hasil rakitan mereka bisa
bersaing dengan robot karya siswa dari negara lain.
Tim
Sangkuriang SMPN 7 terdiri atas Prima Widianto Mozef, M Fakhri HA, Arya
Putra RA, Refiar Nevanda Riqzan, Azman Syah Barran, Yasmine Afifah,
Elvina Pustina Dhata, Vania Yulianti Mozef, Indra Satya Naufaldi dan
Syahna Rahma Falihah. Mereka berhasil meraih lima penghargaan Technical
Award untuk lima kategori Prison Robot dan dua penghargaan Special Award
untuk kategori Robo Shove.
Menurut Azman, Prison Robot adalah
jenis robot yang mampu mendeteksi halang rintang. Sedangkan Robo Shove
adalah robot yang mampu menjatuhkan atau mendorong benda ataupun lawan
yang ada di hadapannya. Semua robot ini murni dirancang mereka sendiri
dengan dibimbing oleh Eril Mozef, seorang dosen ITB dan Yayat Sudrajat
yang juga guru TIK SMPN 7 Bandung.
"Kami ikut kegiatan
ekstrakurikuler robot, jadi terus berlatih merakit robot dan salah
satunya yah kedua jenis robot yang ikut lomba ini," katanya ditemui di
SMPN 7 Bandung, Selasa (8/1).
Menurut Azman, kesulitan untuk
membuat robot-robot ini adalah dalam pemograman. Namun dengan kegiatan
ekstrakurikuler yang mereka ikuti, kendala-kendala yang awalnya sulit
bisa diatasi. Karenanya mereka juga ingin berkreasi lebih bagus lagi.
Arya,
anggota tim lainnya, mengatakan, kendala yang sempat membuat tim
Sangkuriang khawatir adalah saat tiba di Korea Selatan, cuaca sangat
dingin hingga mencapai minus 6 derajat. Kondisi ini tidak saja kurang
nyaman buat anggota tim yang tidak terbiasa dengan kondisi dingin, tapi
dikhawatirkan juga bisa merusak robot yang mereka bawa dari Bandung.
"Dan
ternyata, saat lomba panitia baru memberi tahu kalau robot yang kita
bawa harus dibongkar semua komponennya. Jadi kita seperti buat dari
awal, di sini juga kita merasakan tantangannya," katanya.
Semua
anggota tim diberi waktu tiga jam untuk merakit kembali robot karya
mereka. Mereka harus sudah bisa menjalankan robot tersebut setelah
dirakit. Tim sempat mengalami kendala juga saat menyolder komponen
karena cuaca dingin membuat anggota tubuh terasa kaku, termasuk
tangan-tangan mereka.
"Susah menyolder komponen yang sangat kecil, tangan kita terasa beku, takut salah solder, tapi Alhamdulilah, lancar," katanya.
Sepuluh
anggota tim ini bersaing dengan 700 peserta dari 20 negara yang ikut
dalam ajang ini. Menurut Yayat, pembimbing Tim, keunggulan robot karya
siswanya karena benar-benar dibuat sendiri, mulai pencarian bahan sampai
pemograman dan perakitan. Sementara banyak tim dari negara lain yang
menggunakan robot lego atau robot yang hanya tinggal dirakit dan
diprogram.
"Poin inilah yang membuat juri kagum serta mendapat apresiasi dari tim-tim dari negara lain," katanya.
Kepala
SMPN 7 Bandung, Suryamah, mengatakan keikutsertaan siswanya dalam ajang
ini untuk membangun daya kreativitas siswa. Mereka juga bisa mengasah
kemampuan dan mengembangkan minat serta bakat, khususnya dalam bidang
teknologi serta menumbuhkan sikap cerdas, inovatif, disiplin, dan
tanggung jawab karena harus bertanding di luar negeri bersaing dengan
siswa lain dari berbagai negara.
"Alhamdulilah, siswa siswi kami
berhasil bersaing dengan siswa dari negara lain. Prestasi yang pasti
tidak saja membanggakan kami, tapi keikutsertaan mereka juga membawa
nama bangsa Indonesia," katanya. (*)
Sumber : tribunjabar.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar